Saturday, December 25, 2010

BUDAK DAN HAMBA

Budak atau Doulos, dalam pengertian tertentu berarti seseorang, atau sekelompok orang yang derajatnya dipandang sangat rendah atau berada di bawah kuasa dari seseorang atau kelompok lainnya yang derajatnya lebih tinggi. baik dalam derajat pendidikan, keturunan, ataupun harta. Dahulu, di daerah tanah orang ibrani, budak adalah strata paling bawah di lingkungan tersebut. Setiap orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari mereka, berhak memberikan perintah kepada budak tersebut. Dengan kata lain, satu orang budak, bisa saja menjalankan tugas dari 10 arang atau mungkin bahkan lebih. Budak pun tidak berhak menolak apa yang sudah di perintahkan kepada mereka.

Lain halnya dengan pengertian atau kategori budak dalam pandangan orang-orang Yunani. Mereka mengartikan budak, adalah milik satu orang saja. Satu budak hanya dapat mengabdikan dirinya kepada satu tuan saja, dan tuan tersebutlah yang dapat memberikan perintah yang harus budak itu jalankan. Tetap dengan peraturan bahwa budak itu kedudukannya lebih rendah dari pada Tuannya.

Budak dalam bahasa Inggris adalah "a Slave", yang pasti terlintas di benak kita adalah mereka harus melayani tuannya dengan sempurna, walaupun tidak ada upah untuk mereka. upah yang mereka dapat hanya berupa makan atau minum seadanya. sedangkan Hamba atau pelayan, "a Servant", mereka adalah pelayan yang diberikan upah dan bekerja sesuai dengan apa yang menjadi tanggung jawab mereka saja.

Banyak orang salah sangka dengan pengertian dari budak dan hamba. Seorang budqak lebih terkungkung di bandingkan dengan seoarang pelayan. padahal, tugas dan tanggung jawab mereka sama saja. seharusnya pun budak mendapat perlakuan yang sama dengan seorang hamba atau pelayan. Mereka mendapat upah, mendapat spesifikasi apa saja yang menjadi tanggung jawab mereka, dan yang terutama adalah mereka harus tahu betul siapa yang menjadi Tuan mereka.

Seorang budak, atau hamba, atau pelayan, atau pembantu, juga sama kedudukannya dengan Tuannya. hanya status sosial saja yang menjadi sekat dan tembok tinggi dalam pengertiannya. bahkan pengertiannya itu berbanding terbalik. Pemerintah dan yang di perintah. Dalam dunia kerja, kadang kita bekerja dengan Tuan yang seperti di tanah Ibrani, atau mungkin dengan orang Yunani. Tidak perlu memandang siapa dan seperti apa mereka, konsep diri kita harus lebih matang untuk menghadapi orang-orang seperti mereka.

Jadilah seorang yang memiliki kesetiaan dan ketekunan seperti seorang hamba atau budak, teliti dan cermat layaknya seorang pelayan, giat dan rajin seperti layanknya seorang pembantu. Dari mereka, kita dapat mengambil contoh baik sikap dan keteguhan hati mereka. Walaupun di caci maki, di cemooh, di pandang sebelah mata, tetapi mereka tetap melakukan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka. Mereka lakukan sebaik yang mereka bisa. Mereka mau belajar untuk melakukan apa yang mereka belum bisa. Berlapang dada saat dimarahi karena apa yang mereka kerjakan dinilai kurang memuaskan. Apa kita punya mental seperti mereka ? Apa kita sudah memperlakukan orang yang kedudukannya berada di bawah kita dengan baik ? atau malah sebaliknya ?

Akan lebih baik bila kita dapat saling menghargai.

No comments:

Post a Comment